Selasa, 22 Mei 2012

Jika Memiliki Dua Kekasih, yang Manakah Cinta Sejati anda???!

Sebagai persembahan pertama dalam blog ini, saya tawarkan sebuah bacaan yang penting untuk orang-orang yang merasa sulit memutuskan, saiapakah diantara 'teman dekatnya' yang sungguh-sungguh ia cintai, tanpa embel-embel pertimbangan rasionalitas semata ? Mana dari mereka yang sebaiknya anda nikahi ? Mengapa kebanyakan pernikahan masa kini mengalami kegagalan? Mengapa usia pernikahan mereka begitu singkat?
Silakan baca tulisan di bawah ini, sangat menarik !!!


BILA AKAN MENIKAH


Setahun telah berlalu. Caroline Fanway mengamati fajar kelabu dengan mata yang suram. Cinta yang telah lama ia dambakan datang pada akhirnya. Apa yang ia bayangkan akan menjadi saat-saat yang cerah ternyata hanya penderitaan. Memang telah banyak kemenangan diraihnya. Kelas artis itu bukan hanya melahirkan cinta, tetapi juga menaikkan tingkat pekerjaannya seperti diramalkan oleh Ny. Brice. Ia bahagia dalam pekerjaannya, dengan mengekspresikan daya kreasinya dalam periklanan. Memang bukan melukis gambar. Tapi itu akan dicapainya suatu hari kelak. Pekerjaannya berjalan lancar.

Persoalannya sekarang sudah pasti. Apakah ia akan menikah? Apa akibatnya atas pekerjaannya? Dan kawin dengan yang mana dari kedua pria yang kelihatannya sama-sama mengaguminya? Apakah ia mencintai keduanya? Keduanya ingin menikahi dia dalam musim panas ini dan ia mengakui ia lebih suka menikah daripada melakukan apapun di dunia ini. Penderitaan karena tekanan seks telah lama menggodanya. Berulangkali ia mengalah, hampir-hampir memuaskan keinginan yang tidak pernah mau diam.

Menjelang berakhirnya jam kerja, Caroline berjalan menuju ke kantor Ny. Brice, dan dengan agak malu-malu menuturkan ceritanya.

“ Saya kembali lagi,” ia memulai, “ tapi kali ini bukan karena sulit mencari teman. Saya kira anda telah membantu saya terlalu baik. Kelihatannya saya benar-benar disenangi, dan dua orang lelaki ingin menikahi saya.”

Lalu ia menceritakan pilihan yang sulit itu dan malam tak bisa tidur takut jangan-jangan ia berbuat kekeliruan dan mengawini seseorang yang tidak ia cintai. Tampaknya kedua lelaki itu sungguh-sungguh mencintai dirinya.

“Kau kan beruntung?” kata Ny. Brice.

Caroline memandangnya cepat, sambil mencoba mengerti apa maksudnya, tapi Ny. Brice memandangnya mantap dan senyum. Lalu menceritakan pada Caroline suatu kejadian, mengenai sebuah kecelakaan lalu lintas yang mengerikan, dimana kedua lelaki itu luka parah.

Ia menceritakannya begitu baik, sampai Caroline, dengan tangan terkepal, duduk sambil menangis. ” Tidak, tidak, bukan itu, bukan itu,”  teriaknya sambil menangis.

“Memang tidak. Tapi apa kau tidak tahu yang mana akan kau ikuti ? Yang mana yang kau cintai?”

Caroline mengangguk,” Dick.”

“Itulah.” Ny. Brice melanjutkan,” Cinta bukan soal reputasi. Itu tidak tergantung kepada kecerdasan atau kekayaan materil. Itu soal kecocokan. Kita merasakan tarikan yang aneh, begitu kira-kira? Dalam masalahmu ini, setelah kau mengatasi rasa segan berlebihan dengan berhasil, masih ada tertinggal sedikit androphobia, perasaan takut kepada laki-laki dan takut terhadap pertimbanganmu sendiri sehubungan dengan mereka. Kau lihat bahwa Fenwick Atwood seorang lelaki yang baik, cerdas dan berkecukupan. Ia seorang yang kukuh dan aktif merayu. Tapi Richard Strong justru yang kau cintai, sekalipun ia miskin dan tidak begitu hebat kecerdasannya. Kau merasakan kelembutan dan pengertiannya. Hatimu mengetahui kesetiaannya.”

“Saya merasa aman bersama dia,” Caroline menyetujui.

“Itu salah satu tanda yang paling meyakinkan,” Ny. Brice melanjutkan.” Tentu tak banyak gunanya kalau saya hanya menanyakan padamu tentang mutu relatif dari kedua lelaki itu. Kau telah memberikan jawaban yang sadar, yang mungkin saja memperdayakan kita berdua. Maka saya harus mencoba supaya engkau membayangkan pengalaman yang akan menyentuh perasaan hatimu. Itu sebabnya saya menuturkan cerita tadi, dimana kalian bertiga terlibat dalam kecelakaan mobil dan kedua pria itu terluka.”

“Anda menceritakannya begitu hidup, sampai-sampai saya seolah-olah mengalaminya betul-betul.” kata Caroline,” persis seperti ketika saya membaca novel-novel itu. Tapi saya segera sadar bahwa saya tidak patut tergesa-gesa mengikuti Fenwick. Kalau sesuatu terjadi atas Richard, saya tak bisa tahan sama sekali.”

“Kalau kau tidak menikahinya, juga akan terasa demikian sepanjang hidupmu. Kalau kau mengawini Fenwick, kau masih akan hidup bersama Dick dalam khayalan, patah hati karena selalu gelisah memikirkan bagaimana keadaannya.”

“Bagaimana sampai anda begitu bijaksana menggunakan cara itu untuk membuktikan hal ini?” tanya Caroline.

“Itu bukan kebijaksanaan, sayang. Cuma latihan. Kita tahu bahwa dalam setiap masalah serius, rahasianya tak lain dari mengetahui bagaimana membuat pikiran seseorang memasuki suatu pengalaman dan menghayati masalah itu seakan-akan merenungkan dalam-dalam dan tanpa dipengaruhi orang lain. Dengan membuatmu meresapi cerita itu, kedua tujuan itu bisa dicapai.”

Andaikata hanya ada sekeping saran untuk memecahkan kesulitan hidup, maka inilah dia. Pindahkan pemikiran anda ke dalam pengalaman. Buatlah teori itu dapat disentuh. Taruh perasaan ke dalam tindakan yang dibayangkan. Uji pendapat anda dengan membayangkannya dalam tindakan.

Caroline mengalami konflik sebab ia tidak mempertimbangkannya dalam-dalam, tapi hanya kuatir tentang kerumitan cintanya. Ia menggunakan kecerdasan dalam menilai kelahiran Fenwick Atwood dan berpikir mengenai Richard Strong. Ia sembunyikan daya tarik seks dari cintanya terhadap Dick, sampai ia sendiri melupakannya. Dan lebih dari itu, Fenwick ternyata sangat hangat dalam mencintainya. Kini Caroline mengerti, bahwa uangnya memberi keyakinan pada dirinya, sedangkan Dick ragu-ragu apakah ia mungkin melakukan bagi Caroline segala sesuatu yang ia rasakan patut diperolehnya.

Bila orang-orang berpikir bahwa mereka sedang jatuh cinta, kebanyakan dipengaruhi oleh gagasan bodoh mengenai penyangkalan diri, sehingga tertipu oleh tindakan kasih-sayang yang terlalu ingin memiliki. Mereka anggap untuk dicintai mereka perlu meyakinkan orang lain bahwa mereka patut dihargai sebagai pribadi-pribadi, karena menyangkal diri dan mengorbankan-diri dimata kekasihnya. Maka merekapun kawin, dan anda tahu lanjutan ceritanya. Hal yang umum terjadi.

Jangan kawin hanya karena seseorang mencintai anda. Itu bukan alasan yang cukup, dan kadang-kadang alasan yang buruk. Kalau ia ingin memiliki dan cemburu, ia tidak mencintai anda. Ia hanya menginginkan diri anda. Ia perlu memiliki anda untuk membesarkan kebanggaan-dirinya. Kalau anda jadi budaknya, ia merasa berkuasa. Kalau anda memuaskan ketamakannya, anda akan menyesal seumur hidup. Sifat ingin terlalu memiliki dan cemburu merupakan ciri-ciri kebinatangan yang suka mencari mangsa.

Kawinlah hanya kalau orang lain itu kelihatan manis dan menyenangkan bagi anda. Kawinlah kalau anda mencintai, bukan kalau anda mau berkorban buat dia, atau ingin memiliki dia. Bila iblis kembar itu, penyangkalan-diri dan sifat terlalu-ingin memiliki, memasuki hubungan antar manusia, neraka akan datang menyusul, dan cinta akan terbang lewat pintu entah ke mana. Kalau anda kawin atas dasar  mengorbankan-diri, pasti anda akan memilih pribadi yang paling malang di bumi untuk dikawini, sebab itulah artinya penyangkalan diri yang terbesar. Hukum mengenai cinta, sebenarnya, menunjukkan kebodohan penyangkalan-diri sebagai suatu cara hidup. Membuang intuisi dan hasrat-hasrat utama anda kebelakang akan menyebabkan perkawinan tak lebih dari pelacuran. Kalau dibiarkan sesuatu selain kenyataan dan keutuhan cinta anda, membawa anda kepada perkawinan, itu sungguh suatu kejahatan.

Jangan memasuki perkawinan hanya untuk menyenangkan orang lain. Itu hanya akan mencemarkan cinta, dan kalau perkawinan anda tidak berakhir dengan perceraian, sebenarnya harus. Dorongan yang sejati dan dalam untuk mencari teman hidup, suatu waktu kelak akan muncul sehingga hubungan yang hanya berupa kompromi itu akan menjadi penderitaan. Jangan biarkan nasib orang lain manapun merintangi cinta, kalau tidak, secara diam-diam anda akan membenci dan membinasakan orang terhadap siapa anda telah mengorbankan kans anda untuk kebahagiaan yang romantis.

Lebih penting dari segalanya, jangan sekali-kali menikahi seseorang yang tidak bisa tetap sebagai kekasih. Selalu ada bahaya bahwa seorang pria akan menjadi seorang suami dengan mengorbankan keutuhan-dirinya. Kalau ia kehilangan kepribadian dalam hubungan ini, akhirnya juga ia akan kehilangan hubungan itu. Kalau ia jadi tenggelam dalam persahabatan semu, bertindak sebagai budak yang taat karena seorang wanita menumpahkan segala persoalannya, dan masyarakat mendorong dia ke dalam posisi yang tak berdaya sebagai pemikul beban, ia akan habis seperti gema yang tidak dibutuhkan.

Ada satu hukum dasar dalam cinta:” Selalulah berlaku sebagai diri anda.” Mulailah demikian, sebab cuma itu perlindungan anda. Jangan lakukan apapaun yang bertentangan dengan pribadi anda hanya untuk merayu wanita atau pria, sebab anda hanya akan memenangkan kesulitan. Ia, yang tidak menyukai diri anda apa adanya, akan mulai membenci anda pada ahirnya secara diam-diam bila faktanya tersingkap.

Jangan menjadi pengikut saja bagi partner dalam perkawinan. Pertahankan cita-cita dan nilai-nilai intelektual anda. Jangan biarkan lelaki mengurung anda terus di rumah, atau seorang wanita membelenggu anda di rumah seperti hewan peliharaan. Anda adalah milik hidup ini pertama-tama, dan milik partner anda hanya selama ia tidak mencoba terlalu ingin memiliki anda.

Jangan lupakan hukum perkembangan menuju kematangan. Mereka yang kawin pada usia dua puluhan pasti belum berkembang dalam banyak segi, sebab tak seorangpun yang matang pada usia sedemikian. Keduanya sedang bertumbuh. Yang penting dipikirkan bukanlah “ Bagaimana keadaanya sekarang sebenarnya.?” Tetapi “ Bakal bagaimana keadaan dia nanti? Ke arah mana ia akan berjalan? Bagaimana ia berkembang? Bagaimana keadaan dia duapuluh lima tahun lagi?

Apakah ia akan berkembang menuju kematangan seperti cara anda? Apakah anda mau dan dapat berkembang bersama? Kalau demikian, anda bisa tetap bersama-sama. Kalau kalian berkembang kearah yang berlainan, alam akan memaksa perceraian. Sikap mengenai perkembangan dalam jangka panjang penting sekali dalam mempertimbangkan perkawinan. Anda akan terhindar juga dari sikap perfeksionisme. Sungguh menggelikan kalau anda menilai bakal teman hidup anda menurut patokan ideal yang anda harapkan pada waktu ia telah berusia sembilan puluh tahun. Tak mungkin ia sama bijaksananya, lembutnya dan simpatiknya seperti pada usia dua puluh sembilan tahun. Perlu tahun-tahun yang lama untuk mengembangkan pengertian yang lembut, tapi matang.

Kalau kekasih anda berjanji menyingkapkan hal seperti itu, itu cukup berarti. Jika anda yang menyingkapkannya, ia memegang nilai-nilai anda, ia berbicara dalam bahasa kejiwaan anda. Tapi jangan nikahi dia kalau anda mencintai ketenangan dan ia mengagumi keributan; kalau anda mencari museum dan ia mencari hiburan di restauran. Anda menghentikan sakit jantung bila anda menghadapi kenyataan bahwa lebih baik kehilangan cinta sekarang daripada bangkit setelah beberapa tahun perkawinan semu dan anda sadar bahwa perkawinan itu tak pernah anda hayati.

Kalau anda mengkompromikan cinta, anda menolak dan bahkan merusak hubungan azasi anda dengan kehidupan. Lebih dari itu, anda menjadi balok rintangan dalam kehidupan orang yang anda kawini. Anda merugikan kehidupannya justru dengan hidup bersama atau membebani dia. Pemuasan diri sedemikian melanggar prinsip dasar keintiman. Kalau perkawinan hanya untuk memuaskan kebanggaan-diri, hanya untuk mendapatkan apa yang di dambakan oleh hasrat anda yang bukan-bukan pada saat itu, hilanglah vitalitas yang anda rindukan dalam kehidupan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar