The visions of Blessed Anne Catherine Emmerich wrote:
KELAHIRAN MARIA
Beberapa hari sebelumnya, Anna memberitahukan kepada Yoakim bahwa saat kelahiran sudah menjelang.
Anna mengirimkan utusan-utusan membawa kabar kepada saudarinya Maraha di Sephoris, juga kepada janda Enue - saudari Elisabet - di Lembah Zebulon, dan kepada Salome - puteri Sobe saudari sulung Anna, isteri Zebedeus dari Betsaida. Putera-putera Salome dan Zebedeus, yakni Yakobus Tua dan Yohanes, belum lahir waktu itu. Anna meminta ketiga perempuan ini datang kepadanya.
Aku melihat ketiganya dalam perjalanan. Dua dari mereka ditemani oleh suami mereka yang balik pulang setelah mereka tiba dekat Nazaret.
Yoakim telah mengutus para pelayan laki-laki untuk menjaga kawanan ternak, dan menahan hanya beberapa pelayan perempuan yang sungguh dibutuhkan di rumah.
Maria Heli, puteri sulung Anna, memegang kendali rumah tangga.
Saat itu Maria Heli berusia sekitar Sembilan belas tahun dan telah menikah dengan Kleopas, salah seorang kepala gembala Yoakim.
Sore hari menjelang kelahiran sang bayi, Yoakim sendiri pergi kepada kawanan ternaknya di padang yang paling dekat dari rumah. Aku melihatnya bersama beberapa pelayan laki-laki yang masih sanaknya.
Ia menyebut mereka saudara, tetapi mereka adalah anak-anak dari saudaranya laki-laki.
Padang rumput disekat dengan indah dan dipagari dengan tanam-tanaman.
Di pojok-pojoknya terdapat gubuk-gubuk di mana para pelayan biasa menyantap makanan yang disediakan dari rumah Anna.
Di sana juga ada sebuah altar batu di mana mereka berdoa.
Anak-anak tangga menurun menuju altar dan sekelilingnya dipaving rapi dengan batu-batu segitiga.
Dibelakang altar terdapat sebuah tembok dengan anak-anak tangga di sisi-sisinya. Keseluruhan tempat itu dikelilingi pepohonan.
Yoakim, setelah berdoa sejenak di sana, memilih anak-anak domba, anak-anak kambing dan sapi jantan, semua yang terbaik dari kawanan ternaknya, dan mengirimkan bersama para pelayan ke Bait Allah sebagai persembahan. Ia tidak kembali ke rumah sebelum malam tiba.
Aku melihat, menjelang sore ketiga perempuan datang ke kediaman Anna. Begitu tiba, mereka langsung pergi kekamarnya di belakang perapian. Anna memeluk mereka, mengatakan bahwa saatnya sudah dekat. Ia berdiri bersama mereka memadahkan sebuah Mazmur,
"Terpujilah Tuhan Allah. Ia telah menaruh belas kasihan kepada umat-Nya dan telah membebaskan Israel. Sungguh, Ia telah menggenapi janji yang dibuat-Nya kepada Adam di Firdaus: keturunan si perempuan akan meremukkan kepala ular."
Aku tidak ingat semuanya, ayat demi ayat.
Anna berdoa seakan dalam ekstasi.
Ia memasukkan dalam madahnya segala nubuat para nabi mengenai Maria. Katanya, "Benih yang diberikan Tuhan kepada Abraham telah masak dalam diriku. Janji yang diucapkan kepada Sara dan bunga dari tongkat Harun digenapi dalam diriku."
Sepanjang waktu ini, Anna bersinar dalam cahaya. Ruangan dipenuhi kemuliaan dan diatas Anna melayang-layang tangga Yakub.Para perempuan sekelilingnya amat takjub dan terpana. Aku pikir mereka juga melihat tangga itu.
Dan sekarang makanan minuman ringan dihidangkan di depan para tamu.
Mereka makan dan minum sambil berdiri dan menjelang tengah malam berbaring istirahat. Tetapi Anna tetap terjaga dalam doa.
Setelah sejenak, ia pergi membangunkan para perempuan. Ia merasa waktunya telah tiba, dan ia menghendaki mereka berdoa bersamanya.
Mereka semua masuk ke belakang sebuah tirai yang menutupi sebuah oratorium. Anna membuka pintu-pintu sebuah lemari kecil yang dibangun dalam dinding. Di dalam lemari terdapat sebuah kotak berisi harta pusaka yang sakral, di sisi-sisinya terdapat lampu-lampu dian yang disusun begitu rupa sehingga dapat dipasangkan pada kakinya apabila diperlukan. Lampu-lampu ini sekarang dinyalakan.
Di kaki altar kecil terdapat sebuah bangku berbantal.
Kotak berisi beberapa helai rambut Sara yang disimpan Anna dengan penuh hormat; beberapa tulang-belulang Yusuf yang dibawa Musa bersamanya keluar dari Mesir; sesuatu milik Tobit, relikui pakaian, aku pikir; dan piala kecil putih berkilau berbentuk buah pear dari mana Abraham minum ketika ia menerima Berkat dari malaikat, dan yang kemudian hari diambil dari Tabut Perjanjian dan diberikan kepada Yoakim bersama Berkat.
Aku tahu sekarang bahwa Berkat ini mengambil rupa anggur dan roti dan merupakan makanan sakramental yang menguatkan.
Anna berlutut di depan altar, seorang perempuan di masing-masing sisinya, dan perempuan ketiga di belakangnya. Lagi aku mendengar mereka mendaraskan sebuah Mazmur.
Aku pikir semak duri yang menyala di Horeb disebutkan di sana.
Dan sekarang suatu cahaya adikodrati mulai mengisi kamar dan melayang-layang sekeliling Anna. Ketiga perempuan jatuh prostatio seolah pingsan.
Sekeliling Anna sinar mengambil bentuk tepat seperti semak duri di Horeb, hingga aku tak lagi dapat melihat Anna.
Api memancar ke dalam, dan sekonyong-konyong, aku melihat Anna menerima kanak-kanak Maria yang bercahaya dalam kedua tangannya.
Anna membungkus bayi dalam mantolnya, mendekapkannya ke dada, membaringkannya diatas bangku berbantal didepan relikui, dan melanjutkan doanya.
Kemudian aku mendengar bayi menangis dan aku melihat Anna menarik kain lenan dari bawah kerudung besar yang membungkusnya.
Ia membedung bayi, pertama-tama dengan kain abu-abu dan lalu merah, membiarkan dada, kedua tangan, dan kepalanya telanjang; kemudian semak duri yang bernyala pun lenyap.
Para perempuan kudus bangkit dan dalam ketakjuban penuh sukacita menyambut bayi yang baru dilahirkan itu dalam buaian mereka.
Mereka menangis haru penuh bahagia.
Semua melantunkan madah pujian sementara Anna menatang bayi tinggi-tinggi.
Lagi, aku melihat kamar dipenuhi cahaya dan beribu-ribu malaikat.
Mereka memaklumkan nama si bayi dengan bernyanyi,
"Pada hari yang keduapuluh, anak ini hendaknya dinamai Maria."
Kemudian para malaikat memadahkan Gloria dan Alleluia.
Aku mendengar semua perkataan ini.
Anna masuk ke dalam kamarnya dan berbaring di atas pembaringan.
Para perempuan memandikan dan membedung bayi dan menempatkannya dekat bundanya.
Di samping pembaringan terdapat sebuah keranjang buaian kecil yang dilengkapi dengan pasak-pasak kayu, dengan mana buaian dapat dipasangkan di kiri atau kanan, atau di kaki tempat tidur sebagaimana dikehendaki. Salah seorang dari para perempuan itu pergi memanggil Yoakim.
Ia masuk, berlutut di sisi pembaringan Anna, airmatanya mengalir deras atas si bayi. Lalu ia menggendongnya, menatangnya tinggi-tinggi, dan memadahkan sebuah kidung pujian serupa kidung Zakharia.
Ia berbicara penuh haru mengenai kesediaannya sekarang untuk mati, dan ia menyinggung benih yang diberikan Allah kepada Abraham dan digenapi dalam dirinya, juga mengenai pangkal Isai.
Aku perhatikan bahwa Maria Heli tidak termasuk di antara mereka yang pertama-tama melihat si bayi, sebab adat Yahudi tidak memperkenankan puteri bersama dengan ibunya pada saat yang demikian.
Pada saat yang bersamaan kanak-kanak yang baru dilahirkan itu terbaring dalam buaian Anna, aku melihat kanak-kanak dipersembahkan di surga di hadapan Tritunggal Mahakudus dan disambut dengan sukacita tak terkira oleh segenap penghuni surga.
Kemudian aku mengerti bahwa dengan suatu cara yang adikodrati dinyatakan kepadanya seluruh masa depannya dengan segala sukacita dan dukacitanya.
Melalui rahmat, kepada Maria diajarkan misteri-misteri yang tak terbatas, namun demikian ia tetap seorang kanak-kanak.
Pengetahuan yang diberikan kepadanya ini tak akan mampu kita pahami, sebab pengetahuan kita tumbuh pada pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat.
Tetapi, Maria memahami semuanya bagai seorang bayi mengenali buah dada ibunya dan bahwa ia harus minum darinya.
Sementara penglihatan memudar, aku mendengarnya menangis untuk pertama kalinya.
Aku melihat kabar kelahiran Maria dimaklumkan juga di limbo dan aku melihat gejolak sukacita dengan mana kabar disambut oleh para patriark, teristimewa oleh Adam dan Hawa yang bersukacita sebab Janji yang dinyatakan kepada mereka di Firdaus sekarang telah digenapi.
Aku juga melihat bahwa para patriark meningkat dalam status rahmat, bahwa tempat tinggal sementara mereka bertambah terang dan bertambah luas, dan bahwa kepada mereka diberikan pengaruh yang terlebih besar di bumi.
Seolah segala perbuatan baik mereka, segala penitensi mereka, segala daya upaya hidup mereka, segala kerinduan dan hasrat mereka pada akhirnya membuahkan hasil.
Segenap alam, yang bergerak maupun yang tak bergerak, manusia maupun binatang digerakkan sukacita, dan aku mendengar madah nyanyian yang merdu. Para pendosa dipenuhi sesal dan tobat.
Aku melihat, teristimewa sekitar Nazaret dan di bagian-bagian lain Palestina, banyak jiwa-jiwa kerasukan yang pada saat kelahiran Maria menjadi sama sekali murka.
Mereka melontarkan pekikan-pekikan ngeri, dan mereka dilempar dan dibanting kesana sini.
Roh-roh jahat berseru dari mereka, "Kita harus mundur! Kita harus keluar!"
Sukacita terbesarku adalah melihat imam tua Simeon di Bait Allah pada malam kelahiran Maria ini.
Ia terbangun oleh pekikan ngeri dari mereka yang kerasukan, yang dikurung di sebuah bangunan di salah satu jalanan di Gunung Bait Allah. Simeon bersama yang lainnya bertanggung jawab atas orang-orang kerasukan ini. Pada malam itu ia pergi ke rumah di mana mereka dikurung dan menanyakan penyebab jerit pekik yang membangunkan semua orang dari tidur lelap. Orang kerasukan yang paling dekat pintu masuk berseru dengan ganas bahwa ia harus keluar. Simeon membuka pintu; orang yang kerasukan itu keluar dan darinya roh jahat berseru, "Aku harus pergi! Kami harus pergi!
Seorang perawan telah dilahirkan, dan di atas bumi ada begitu banyak malaikat yang menyiksa kami.
Kami harus pergi, dan tidak akan pernah lagi kami berani merasuki manusia!"
Kemudian aku melihat makhluk malang itu dilempar-lemparkan dengan hebat kian kemari oleh roh jahat yang akhirnya pergi darinya.
Simeon berdoa dengan khusuk. Aku sungguh bersukacita melihat Simeon tua pada waktu itu.
Aku juga melihat nabi perempuan Hana dan Noemi terbangun dan diberitahukan kepada mereka dalam penglihatan mengenai kelahiran seorang anak terpilih.
Noemi adalah saudari ibunda Lazarus; ia tinggal di Bait Allah dan kelak menjadi guru Maria.
Hana dan Noemi bertemu dan saling menceritakan satu sama lain apa yang telah mereka lihat. Aku pikir mereka mengenal Anna.
Di negeri Tiga Raja,nabi-nabi perempuan tertentu mendapat penglihatan mengenai kelahiran Santa Perawan.
Para nabi perempuan ini memberitahukan kepada para imam mereka bahwa seorang Perawan telah dilahirkan dan bahwa demi menyambut sang Perawan banyak roh-roh telah turun ke bumi, namun sebagian roh-roh lainnya berada dalam ketakutan.
Raja-raja yang mengamati bintang-bintang juga melihat gambar-gambar mengenainya dalam bintang-bintang mereka.
Di Mesir, pada malam kelahiran, sebuah berhala terlempar dari kuilnya ke dalam laut, dan sebuah berhala lain tumbang dari tempatnya dan hancur berkeping-keping.
Keesokan paginya, 9 September, aku melihat datang himpunan besar tetangga dari sekitar rumah bersama para pelayan Anna, laki-laki dan perempuan.
Para perempuan yang berwenang memperlihatkan bayi kepada mereka.
Banyak dari antara mereka yang sungguh tergerak hatinya dan banyak hati yang jahat diubah.
Mereka berduyun-duyun datang sebab mereka melihat seberkas sinar di atas rumah Anna pada waktu malam dan juga karena kelahiran anak Anna dipandang sebagai suatu berkat besar.
Pada tanggal 10 dan 11 September, sanak-saudara lainnya dari pihak Yoakim datang dari Lembah Zebulon, juga para pelayan yang dari jauh.
Bayi diperlihatkan kepada semua orang dan suatu jamuan diadakan di rumah.
Pada hari-hari selanjutnya orang datang berkelompok untuk melihat bayi Maria. Buaiannya yang kecil, berbentuk sebuah perahu, ditempatkan di atas sebuah tumpuan yang tinggi, di depan rumah.
Selimutnya yang bawah berwarna merah, yang atas berwarna putih, dan di atas hamparan selimut-selimut itu terbaring sang bayi yang dibedung hingga sebatas ketiak dalam balutan kain merah dan kain transparan putih.
Aku juga melihat Maria Kleopas, puteri Maria Heli dan Kleopas, cucu Anna. Pada saat itu Maria Kleopas baru beberapa tahun umurnya.
Ia bermain dengan bayi Maria dan memeluk serta membelainya.
Maria Kleopas seorang anak yang kuat dan sehat.
Ia mengenakan gaun putih tanpa lengan dengan sulaman merah di mana digantungkan bola-bola kecil merah serupa apel.
Sekeliling lengannya yang telanjang ia mengenakan lingkaran-lingkaran putih yang tampaknya terbuat dari bulu-bulu, sutera atau wool.
Kanak-kanak Maria juga mengenakan sehelai syal kecil transparan sekeliling lehernya.
The Visions of Blessed Anne
Catherine Emmerich wrote:
MALAM KELAHIRAN MARIA
Betapa sukacita disegenap penjuru alam raya! Burung-burung berkicau, anak-anak domba dan anak-anak kambing bermain-main dan melompat-lompat gembira, kawanan merpati mengepak-ngepakkan sayap penuh sukacita sekeliling tempat di mana tadinya rumah Anna berdiri.
Sekarang aku melihat hanya padang liar saja di sana.
Tetapi aku mendapat penglihatan mengenai para peziarah pada masa-masa yang jauh silam yang, dengan berikat pinggang dan dengan tongkat panjang di tangan, pergi menyusuri negeri menuju Gunung Karmel.
Di kepalanya mereka mengenakan sehelai kain yang dililitkan di kepala seperti serban.
Mereka juga ikut ambil bagian dalam kegembiraan alam raya.
Dan ketika dengan keheranan mereka bertanya kepada para pertapa yang tinggal dekat sana penyebab dari kegembiraan yang meluap-luap ini, mereka mendapatkan jawaban bahwa kegembiraan yang demikian biasa terjadi.
Mereka senantiasa mengamati malam peringatan kelahiran Maria di sekitar tempat itu di mana tadinya berdiri rumah Anna.
Para pertapa menceritakan kepada mereka tentang seorang kudus di masa silam yang pertama kali memperhatikan keajaiban alam ini.
Kisahnya memunculkan perayaan pesta Kelahiran Santa Perawan Maria yang segera saja menjadi umum di segenap penjuru Gereja.
Dan sekarang aku juga melihat bagaimana ini diwariskan.
Aku melihat seorang peziarah saleh, dua ratus lima puluh tahun setelah wafat Maria, menyusuri Tanah Suci, mengunjungi dan menghormati segala tempat-tempat yang berhubungan dengan Yesus semasa Ia di dunia. Peziarah ini dibimbing kuasa adikodrati.
Terkadang ia tinggal selama beberapa hari di tempat-tempat tertentu di mana ia merasakan penghiburan yang luar biasa.
Di sana ia berdoa dan bermeditasi, dan di sana juga ia menerima wahyu-wahyu dari Yang Mahatinggi.
Selama beberapa tahun, dari tanggal 7 hingga 8 September, ia mengamati suatu sukacita semarak di alam raya dan mendengar suara-suara malaikat bernyanyi di udara.
Ia berdoa dengan khusuk guna mengetahui arti semua ini, dan dinyatakan kepadanya dalam suatu penglihatan bahwa itu adalah malam kelahiran Santa Perawan Maria.
Sang peziarah sedang dalam perjalanan ke Gunung Sinai ketika ia mendapatkan penglihatan ini.
Dalam penglihatan diberitahukan juga kepadanya mengenai keberadaan sebuah kapel yang dibangun demi menghormati Maria dalam sebuah gua
Nabi Elia.
Dan ia diperintahkan untuk mengungkapkan hal ini, pula suasana malam kelahiran Santa Perawan Maria, kepada para pertapa di Gunung Sinai.
Aku melihatnya lagi ketika ia tiba di gunung.
Di mana sekarang berdiri biara, di sana bahkan pada masa awali, tinggallah para pertapa yang terserak di sana sini.
Pada masa itu, seperti juga pada masa sekarang, tempat itu tidak dapat dimasuki dari lembah.
Untuk mencapai puncak gunung dari sisi tersebut dipergunakan mesin-mesin pengerek.
Aku melihat, sebagai hasil dari pewartaan sang peziarah, di sini untuk pertama kalinya dirayakan pesta peringatan Kelahiran Santa Perawan Maria pada tanggal 8 September tahun 250, dan kemudian perayaan ini diperkenalkan ke wilayah-wilayah lain Gereja.
Aku melihat para pertapa menemani sang peziarah ke gua Elia untuk mengunjungi kapel yang dibangun dalam sana demi menghormati Maria.
Tetapi tidaklah mudah menemukan gua, sebab gunung diselimuti kebun-kebun yang masih menghasilkan buah-buah berlimpah meski telah lama dibiarkan liar, ada banyak gua-gua para pertapa dan kaum Esseni di sana.
Peziarah yang mendapat penglihatan meminta mereka untuk mengutus seorang Yahudi ke berbagai gua itu, dan gua yang dapat dimasukinya itulah gua Elia.
Demikianlah diperintahkan kepadanya dalam penglihatan.
Aku kemudian melihat mereka mengutus seorang Yahudi tua untuk masuk ke dalam gua-gua, tetapi, setiap kali ia mencoba masuk ke suatu gua yang memiliki jalan masuk sempit yang dibangun di depannya, ia terpental.
Dengan mukjizat inilah akhirnya ditemukan gua Elia.
Setelah masuk, mereka menemukan sebuah gua lain yang jalan masuknya telah ditutup oleh batu-batu; inilah kapel di mana Nabi Elia berdoa menghormati Bunda Juruselamat yang akan datang.
Banyak relikwi-relikwi suci yang masih disimpan di sana, tulang-belulang para nabi dan patriark, tirai-tirai dan bejana-bejana yang dulu dipergunakan dalam upacara-upacara Hukum Lama.
Tempat di mana semak duri tadinya berdiri disebut dalam bahasa negeri itu: Bayangan Tuhan.
Orang masuk ke dalamnya dengan bertelanjang kaki.
Kapel Elia memiliki dinding dari batu-batu besar yang indah di mana terdapat galur-galur serupa bunga-bunga.
Sesudahnya, batu-batu ini dipergunakan untuk pendirian gereja.
Di sekitar sana terdapat sebuah gunung yang seluruhnya berpasir merah, dan meski demikian menghasilkan buah-buah yang menarik hati.
Aku tahu dari St Brigitta bahwa jika seorang perempuan hamil berpuasa pada malam kelahiran Maria dan dengan khusuk mendaraskan sembilan Salam Maria demi menghormati sembilan bulan yang dilewatkan Santa Perawan dalam rahim St Anna; jika ia kerap mengulang doa-doa ini sepanjang kehamilannya, dan teristimewa pada malam kelahiran, menyambut Sakramen-sakramen kudus dengan khidmad, maka Santa Perawan sendiri yang akan mempersembahkan doa-doa perempuan ini kepada Tuhan dan mendatangkan atasnya, bahkan meski dalam situasi-situasi yang amat kritis, kelahiran yang bahagia.
Aku melihat Santa Perawan pada malam kelahirannya.
Ia mengatakan kepadaku, "Barangsiapa pada malam ini (7 September) mendaraskan sembilan kali Salam Maria dengan penuh cinta dan khusuk demi menghormati sembilan bulan yang aku lewatkan dalam rahim bundaku, dan juga demi menghormati kelahiranku, dan meneruskan devosi yang sama selama sembilan hari berturut-turut, maka setiap hari ia memberikan kepada para malaikat sembilan kuntum bunga untuk suatu karangan bunga.
Karangan bunga ini dibawa para malaikat ke surga dan dipersembahkan kepada Tritunggal Mahakudus guna mendapatkan perkenan Allah bagi dia yang berdoa."
Aku dibawa ke suatu tempat tinggi antara surga dan bumi.
Aku melihat bumi di bawahku redup dan suram;
di atasku surga di mana, di antara paduan-paduan suara para malaikat dan susunan para terberkati, adalah Santa Perawan di hadapan tahta Allah.
Aku melihat dipersiapkan bagi Santa Perawan dua tahta kehormatan, dua bangunan kehormatan, yang akhirnya menjadi gereja-gereja, ya,
seluruh kota-kota, dan gereja-gereja dibentuk dari doa-doa di bumi.
Gereja-gereja dibangun sepenuhnya dari bunga-bungaan, dedaunan, karangan-karangan bunga, berbagai macam ragam nilai dan karakteristik doa pribadi dan doa seluruh jemaat.
Para malaikat dan para kudus mengambilnya dari tangan-tangan mereka yang mempersembahkannya dan lalu menghantarnya ke surga.
sumber : "The Lowly Life And Bitter Passion Of Our Lord Jesus Christ And His Blessed Mother Together With The Mysteries Of The Old Testament: from the visions of Blessed Anne Catherine Emmerich";
www.jesus-passion.com
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: "diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Catholic Spiritual Direction."
MALAM KELAHIRAN MARIA
Betapa sukacita disegenap penjuru alam raya! Burung-burung berkicau, anak-anak domba dan anak-anak kambing bermain-main dan melompat-lompat gembira, kawanan merpati mengepak-ngepakkan sayap penuh sukacita sekeliling tempat di mana tadinya rumah Anna berdiri.
Sekarang aku melihat hanya padang liar saja di sana.
Tetapi aku mendapat penglihatan mengenai para peziarah pada masa-masa yang jauh silam yang, dengan berikat pinggang dan dengan tongkat panjang di tangan, pergi menyusuri negeri menuju Gunung Karmel.
Di kepalanya mereka mengenakan sehelai kain yang dililitkan di kepala seperti serban.
Mereka juga ikut ambil bagian dalam kegembiraan alam raya.
Dan ketika dengan keheranan mereka bertanya kepada para pertapa yang tinggal dekat sana penyebab dari kegembiraan yang meluap-luap ini, mereka mendapatkan jawaban bahwa kegembiraan yang demikian biasa terjadi.
Mereka senantiasa mengamati malam peringatan kelahiran Maria di sekitar tempat itu di mana tadinya berdiri rumah Anna.
Para pertapa menceritakan kepada mereka tentang seorang kudus di masa silam yang pertama kali memperhatikan keajaiban alam ini.
Kisahnya memunculkan perayaan pesta Kelahiran Santa Perawan Maria yang segera saja menjadi umum di segenap penjuru Gereja.
Dan sekarang aku juga melihat bagaimana ini diwariskan.
Aku melihat seorang peziarah saleh, dua ratus lima puluh tahun setelah wafat Maria, menyusuri Tanah Suci, mengunjungi dan menghormati segala tempat-tempat yang berhubungan dengan Yesus semasa Ia di dunia. Peziarah ini dibimbing kuasa adikodrati.
Terkadang ia tinggal selama beberapa hari di tempat-tempat tertentu di mana ia merasakan penghiburan yang luar biasa.
Di sana ia berdoa dan bermeditasi, dan di sana juga ia menerima wahyu-wahyu dari Yang Mahatinggi.
Selama beberapa tahun, dari tanggal 7 hingga 8 September, ia mengamati suatu sukacita semarak di alam raya dan mendengar suara-suara malaikat bernyanyi di udara.
Ia berdoa dengan khusuk guna mengetahui arti semua ini, dan dinyatakan kepadanya dalam suatu penglihatan bahwa itu adalah malam kelahiran Santa Perawan Maria.
Sang peziarah sedang dalam perjalanan ke Gunung Sinai ketika ia mendapatkan penglihatan ini.
Dalam penglihatan diberitahukan juga kepadanya mengenai keberadaan sebuah kapel yang dibangun demi menghormati Maria dalam sebuah gua
Nabi Elia.
Dan ia diperintahkan untuk mengungkapkan hal ini, pula suasana malam kelahiran Santa Perawan Maria, kepada para pertapa di Gunung Sinai.
Aku melihatnya lagi ketika ia tiba di gunung.
Di mana sekarang berdiri biara, di sana bahkan pada masa awali, tinggallah para pertapa yang terserak di sana sini.
Pada masa itu, seperti juga pada masa sekarang, tempat itu tidak dapat dimasuki dari lembah.
Untuk mencapai puncak gunung dari sisi tersebut dipergunakan mesin-mesin pengerek.
Aku melihat, sebagai hasil dari pewartaan sang peziarah, di sini untuk pertama kalinya dirayakan pesta peringatan Kelahiran Santa Perawan Maria pada tanggal 8 September tahun 250, dan kemudian perayaan ini diperkenalkan ke wilayah-wilayah lain Gereja.
Aku melihat para pertapa menemani sang peziarah ke gua Elia untuk mengunjungi kapel yang dibangun dalam sana demi menghormati Maria.
Tetapi tidaklah mudah menemukan gua, sebab gunung diselimuti kebun-kebun yang masih menghasilkan buah-buah berlimpah meski telah lama dibiarkan liar, ada banyak gua-gua para pertapa dan kaum Esseni di sana.
Peziarah yang mendapat penglihatan meminta mereka untuk mengutus seorang Yahudi ke berbagai gua itu, dan gua yang dapat dimasukinya itulah gua Elia.
Demikianlah diperintahkan kepadanya dalam penglihatan.
Aku kemudian melihat mereka mengutus seorang Yahudi tua untuk masuk ke dalam gua-gua, tetapi, setiap kali ia mencoba masuk ke suatu gua yang memiliki jalan masuk sempit yang dibangun di depannya, ia terpental.
Dengan mukjizat inilah akhirnya ditemukan gua Elia.
Setelah masuk, mereka menemukan sebuah gua lain yang jalan masuknya telah ditutup oleh batu-batu; inilah kapel di mana Nabi Elia berdoa menghormati Bunda Juruselamat yang akan datang.
Banyak relikwi-relikwi suci yang masih disimpan di sana, tulang-belulang para nabi dan patriark, tirai-tirai dan bejana-bejana yang dulu dipergunakan dalam upacara-upacara Hukum Lama.
Tempat di mana semak duri tadinya berdiri disebut dalam bahasa negeri itu: Bayangan Tuhan.
Orang masuk ke dalamnya dengan bertelanjang kaki.
Kapel Elia memiliki dinding dari batu-batu besar yang indah di mana terdapat galur-galur serupa bunga-bunga.
Sesudahnya, batu-batu ini dipergunakan untuk pendirian gereja.
Di sekitar sana terdapat sebuah gunung yang seluruhnya berpasir merah, dan meski demikian menghasilkan buah-buah yang menarik hati.
Aku tahu dari St Brigitta bahwa jika seorang perempuan hamil berpuasa pada malam kelahiran Maria dan dengan khusuk mendaraskan sembilan Salam Maria demi menghormati sembilan bulan yang dilewatkan Santa Perawan dalam rahim St Anna; jika ia kerap mengulang doa-doa ini sepanjang kehamilannya, dan teristimewa pada malam kelahiran, menyambut Sakramen-sakramen kudus dengan khidmad, maka Santa Perawan sendiri yang akan mempersembahkan doa-doa perempuan ini kepada Tuhan dan mendatangkan atasnya, bahkan meski dalam situasi-situasi yang amat kritis, kelahiran yang bahagia.
Aku melihat Santa Perawan pada malam kelahirannya.
Ia mengatakan kepadaku, "Barangsiapa pada malam ini (7 September) mendaraskan sembilan kali Salam Maria dengan penuh cinta dan khusuk demi menghormati sembilan bulan yang aku lewatkan dalam rahim bundaku, dan juga demi menghormati kelahiranku, dan meneruskan devosi yang sama selama sembilan hari berturut-turut, maka setiap hari ia memberikan kepada para malaikat sembilan kuntum bunga untuk suatu karangan bunga.
Karangan bunga ini dibawa para malaikat ke surga dan dipersembahkan kepada Tritunggal Mahakudus guna mendapatkan perkenan Allah bagi dia yang berdoa."
Aku dibawa ke suatu tempat tinggi antara surga dan bumi.
Aku melihat bumi di bawahku redup dan suram;
di atasku surga di mana, di antara paduan-paduan suara para malaikat dan susunan para terberkati, adalah Santa Perawan di hadapan tahta Allah.
Aku melihat dipersiapkan bagi Santa Perawan dua tahta kehormatan, dua bangunan kehormatan, yang akhirnya menjadi gereja-gereja, ya,
seluruh kota-kota, dan gereja-gereja dibentuk dari doa-doa di bumi.
Gereja-gereja dibangun sepenuhnya dari bunga-bungaan, dedaunan, karangan-karangan bunga, berbagai macam ragam nilai dan karakteristik doa pribadi dan doa seluruh jemaat.
Para malaikat dan para kudus mengambilnya dari tangan-tangan mereka yang mempersembahkannya dan lalu menghantarnya ke surga.
sumber : "The Lowly Life And Bitter Passion Of Our Lord Jesus Christ And His Blessed Mother Together With The Mysteries Of The Old Testament: from the visions of Blessed Anne Catherine Emmerich";
www.jesus-passion.com
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: "diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Catholic Spiritual Direction."