Jumat, 22 Juni 2012

05. KETAMAKAN ITU BODOH


KETAMAKAN ITU BODOH

Mungkin anda pernah menonton sandiwara dengan pelakunya, Joshua Enrod. Ia seorang bankir di sebuah kota kecil di Midwetern. Tugas khususnya menyita jaminan dari pinjaman para janda yang tak punya teman. Wajahnya tipis, mulutnya keras, matanya tajam dan dingin. Ia kesepian. Tak seorangpun yang mencintainya; orang-orang membencinya. Ketamakannya merusakkan dan menghancurkan kebahagiaannya.

Joshua lagi marah. Kesulitan demi kesulitan menimbulkan kepanikan dalam rumahnya. Mula-mula istrinya jatuh sakit, dan terkatung-katung dalam keadaan invalid bertahun-tahun, lalu meninggal. Tadinya Joshua berharap putrinya akan membuat hari tuanya cerah, tetapi putrinya lari dari rumah untuk kawin dengan pacarnya. Pembantu rumah sulit dicari. Dengan semua uangnya. Joshua mengalami sedikit saja rasa damai.

Ia juga marah karena rencananya begitu lambat berkembang, dan penyelesaian persoalan-persoalannya sangat seret. Ia mengeluh menghadapi penundaan yang tidak habis-habisnya. Ia tidak tahu bahwa penundaan  itu akibat tindakannya. Ia coba menggambar nasibnya lebih dulu, menuntut supaya kehidupan menyesuaikan diri dengan gambar itu.

Sedikit saja yang bisa menanggulangi kesulitan kalau pikiran mereka kaku. Cara hidup yang lebih baik tak mungkin dicapai kalau keangkuhan berdiri menghadang. Ceritakanlah pada Enrod salah satu kemungkinan untuk menyelesaikan masalah itu dan ia akan percaya “itu tak mungkin dilakukan.” Anda kira ia sungguh-sungguh mencari fakta, padahal ia memaksudkan kesimpulan yang sesuai dengan prasangkanya. Segala yang lainnya tak masuk akal.

Selama seseorang bersikukuh mencocokkan kejadian dengan kepribadiannya yang salah bentuk, fakta akan selalu dibengkokkan. Ia tak akan bebas dari kesimpulan yang berpusat-pada-diri sebelum ia mau melepaskan diri dari ketamakan.

Jutaan orang telah mengalami test psikologi sewaktu mereka dipanggil untuk wajib militer. Atas dasar tes ini, para penguji menaksir untuk seluruh negeri (Amerika Serikat), bahwa angka kecerdasan begitu rendah, sehingga orang-orang dimana-mana bangkit memprotes. Semua kita ini bukan orang dungu, kata mereka. Mungkin tidak semua, tetapi dalam hal tertentu sehubungan dengan gagasan yang kita perbincangkan, kita hampir mendekati orang dungu.

Terutama menghadapi suatu kejahatan, yakni ketamakan. Berabad-abad manusia telah diberitahu bahwa ia tidak patut berlaku serakah. Ketamakan telah dilukis sebagai dosa yang memautkan. Akibatnya justru ketamakan main memerintah dunia. Kalau sedikit hikmat terdapat dalam usaha mengatasinya, kerakusan akan bisa dibuang ke tempat barang-barang kuno.

Kegelisahan merupakan musuh kita yang paling besar, dan kegelisahan berlindung dibalik ketamakan. Ajukanlah pertanyaan ini pada diri anda; andaikan kerjasama dan saling menolong mengatur tingkah laku manusia selama lima ribu tahun terakhir apakah kehidupan anda akan sesulit sekarang? Pikirkanlah hal-hal yang berguna bagi manusia yang telah dirusakkan oleh ketamakan; lewat peperangan, komersialisme yang loba, perampasan dan kelalaian. Ingatlah kota-kota hasil karya seni, kesusasteraaan, tempat-tempat yang berguna bagi umum yang telah dihancurkan. Ingatlah hutan, tambang, padang rumput yang dibinasakan; kesehatan pikiran dan tubuh dalam kehidupan uamat manusia yang membanting tulang selalu diabaikan.

Korupsi, suap, kejahatan dan perang mengancam justru kehidupan manusia di bumi. Mengapa sampai manusia membunuh diri? Bagaimana bisa umat manusia sampai membinasakan diri dan membuang hak-hak kelahirannya? Karena kepicikan yang sama yang berpengaruh dalam kehidupan anda dan kehidupan saya sewaktu kita bertindak dalam batas waktu satu hari, setahun, atau dalam masa berlangsungnya suatu pengalaman yang terbatas. Sekali lagi ukuran baik dan buruk memerlukan pengujian berpuluh-puluh tahun. Kita mencapai tujuan kecil dengan berlaku tamak, lalu kehilangan kasih dan kepercayaan dari orang-orang yang mestinya bisa memberi kekayaan dan kebahagiaan bagi kita. Kita memang dalam peperangan kecil dan kalah dalam seluruh kampanye. Bahkan para jutawan kalah, karena lumpuhnya kehidupan dalam jiwa mereka.

Andaikata anda tinggal di suatu pulau di laut selatan yang tak dihuni manusia, kebanyakan persoalan akan sederhana saja, langsung berhubungan dengan makanan, pakaian dan tempat berteduh. Dalam peradaban semu, anda masih berhubungan dengan urusan makan, pakaian dan tempat berteduh, tapi hubungan itu tidak langsung.

Sekelompok pendukung militerisme, demi tujuan-tujuan komersil, menimbulkan peperangan di Eropa. Kehidupan dikacaubalaukan. Pajak dinaikkan, harga makanan membubung, seribu satu macam urusan dipersulit. Di lingkungan anda sekelompok polisi memasang saluran selokan yang mahal, atau pohon-pohon ditebangi di dekat rumah anda. Manusia, manusia, manusia di mana-mana menimbulkan gangguan. Tidak sampai sepersepuluh dari kegelisahan anda diciptakan oleh alam atau “perbuatan Allah”.

Untuk sementara mungkin anda cukup kuat untuk “bersabar” terhadap mereka yang menciptakan perang dan merampas hak orang lain. Mungkin anda cukup “licin” dengan cara bermain anda. Tapi akhirnya kehidupan, manusia dan ganjaran akan menyingkapkan diri anda. Bila anda tersingkap sebagai orang tamak, maka keinginan-keinginan anda akan dirintangi.

Demikian pula dengan setiap bentuk keangkuhan. Anda mengalah kepada kemarahan, bertengkar dengan galaknya, maka cinta kasih hilang. Perjanjian yang berharga jadi rusak. Dalam lingkungan lain, perasaan anda terganggu. Anda mendongkol, diliputi oleh pikiran yang tidak sehat. Saraf anda jadi tegang, kecerdasan anda jadi tumpul. Dengan satu cara atau lain cara, kekuatan akan makin berkurang bila keangkuhan bertambah.

Memang fakta yang aneh bahwa ketamakan merupakan akibat kebangggaan-diri yang berlebihan. Atau dengan kata lain, kegagalan akibat keangkuhan , itulah yang menyebabkan kita jadi tamak, bukan usaha mencintai-diri  yang tidak begitu biadab.

Ringkasnya, ketamakan itu melanggar hukum keutuhan-diri. Ia yang percaya akan prinsip yang tidak memperbolehkan dikompromikannya kepribadian tidak akan memeras orang lain. Ia mengakui KESUCIAN HIDUP sebagai hak setiap orang termasuk dirinya. Juga ia tak akan mengabaikan rumus ajaib dengan memaksakan kepada orang lain tujuan pribadinya. Pemuasan kebanggaaan dirilah yang menjadi tujuan ketamakan yang tidak memperdulikan apapun dan siapapun.

Memang aneh bahwa walaupun dorongan ketamakan ini bodoh, toh ia telah menguasai dunia begitu lama. Lebih aneh lagi keutuhan diri yang begitu penting kurang diperhatikan, ketamakan sering merajalela. Jika anda berbicara memuji sikap mencintai-diri yang mengembalikan kepada manusia, sedikit hak kelahiran mereka, anda akan mengundang kutukan dari banyak orang baik. Tetai seranglah ketamakan yang telah berurat dan berakar maka anda akan disebut orang radikal yang berbahaya. Tampaknya kebanyakan orang percaya bahwa ketamakan harus dibiarkan bertahan. Kekuasaan yang selalu merampas orang lain kelihatannya terlalu kuat dilindungi sehingga sulit diserang. Tetapi itu tidak akan lama.

Minggu, 17 Juni 2012

04. Didik Anak-mu. Tidak Gampang. Butuh Kebijakan

Nah, ini bagus. Aku Copas dari millis APIK

Dear Friends,

Bacalah Artikel menarik ini....

Kasih & Didikan 

Seorang gadis kecil berbicara dengan ibunya yg seorang single parent. Ia
bertanya, "Bu, jika ada nyamuk hendak menggigit tanganku, apakah ibu mau memberikan tangan ibu agar digigit olehnya?"

Ibunya berkata, "Tidak, nak. Ibu MEMILIH mengejar & mematikan nyamuk itu agar tidak mengigit siapa pun."

Gadis
itu bertanya lagi, "Bu, kalau di rumah hanya ada sepiring nasi, apakah 
ibu rela berpuasa & memberikan nasi itu kepadaku?" 

Sang ibu 
lagi-lagi menggeleng, "Tidak nak. Ibu MEMILIH bekerja lebih giat agar 
kita semua bisa makan." Sang gadis kecil tersenyum, "Ah, ibu memang 
hebat. Aku tahu aku bisa selalu bergantung kepada ibu."

Mendengar
komentar anaknya itu, si ibu berkata,
"Anakku, kamu adalah anugerah terindah yang ibu dapatkan dari Tuhan 
dalam hidup ibu. Ibu ingin selalu memanjakan kamu. Tapi hal itu tidak 
baik untuk masa depanmu."

"Karena itu ibu MEMILIH untuk selalu 
mendidikmu dengan disiplin supaya kamu menjadi seorang gadis yang pintar
dan mandiri. Karena ibu tahu, ibu tidak akan mungkin selalu bersamamu. "
…………………………………

(teks asli dikirim oleh desi_sanwa@yahoo.co.id di milis jeda_KAJ@yahoogroups.com) :)

…………………………………
Banyak ibu mau berkorban untuk anak-anaknya.
Tapi sesungguhnya tugas utama seorang ibu bagi anak-anaknya bukanlah 
berkorban melainkan MEMELIHARA DAN MENDIDIK mereka dengan penuh CINTA. 
Pengorbanan adalah konsekuensi utama dari mencintai. Jangan sampai 
terbalik dan keliru dimengerti… 

Renungan di atas ini cerdas, 
mendidik dan positif! Mengajarkan asertivitas, kerja keras, kemandirian 
dan tanggungjawab yang positif. 

Sangat kontras jika dibandingkan
dengan renungan lawas berjudul "Ibu seorang Pembohong" yang banyak 
beredar di internet. Renungan ibu yang suka berbohong demi kebaikan 
anaknya walaupun mengharukan dan tampak penuh kasih, sesungguhnya 
mengekspresikan kebodohan (dalam berkomunikasi & berpikir kreatif), 
keengganan bekerja keras, dan mengkorupsi nilai Kejujuran. 

Kesuksesan dalam kehidupan karier, bisnis, relasi sosial, maupun cinta, semua berawal dari pilihan...

Temukan jawaban atas kebimbanganmu.. Tentukan sikap dan pilihanmu.. Hadapi 
tantangan di hadapanmu.. Maka segalanya akan menjadi baik untukmu...