KETAMAKAN
ITU BODOH
Mungkin anda pernah menonton
sandiwara dengan pelakunya, Joshua Enrod. Ia seorang bankir di sebuah kota
kecil di Midwetern. Tugas khususnya menyita jaminan dari pinjaman para janda
yang tak punya teman. Wajahnya tipis, mulutnya keras, matanya tajam dan dingin.
Ia kesepian. Tak seorangpun yang mencintainya; orang-orang membencinya.
Ketamakannya merusakkan dan menghancurkan kebahagiaannya.
Joshua lagi marah. Kesulitan demi
kesulitan menimbulkan kepanikan dalam rumahnya. Mula-mula istrinya jatuh sakit,
dan terkatung-katung dalam keadaan invalid bertahun-tahun, lalu meninggal.
Tadinya Joshua berharap putrinya akan membuat hari tuanya cerah, tetapi
putrinya lari dari rumah untuk kawin dengan pacarnya. Pembantu rumah sulit
dicari. Dengan semua uangnya. Joshua mengalami sedikit saja rasa damai.
Ia juga marah karena rencananya begitu
lambat berkembang, dan penyelesaian persoalan-persoalannya sangat seret. Ia
mengeluh menghadapi penundaan yang tidak habis-habisnya. Ia tidak tahu bahwa
penundaan itu akibat tindakannya. Ia
coba menggambar nasibnya lebih dulu, menuntut supaya kehidupan menyesuaikan
diri dengan gambar itu.
Sedikit saja yang bisa
menanggulangi kesulitan kalau pikiran mereka kaku. Cara hidup yang lebih baik
tak mungkin dicapai kalau keangkuhan berdiri menghadang. Ceritakanlah pada
Enrod salah satu kemungkinan untuk menyelesaikan masalah itu dan ia akan
percaya “itu tak mungkin dilakukan.” Anda kira ia sungguh-sungguh mencari
fakta, padahal ia memaksudkan kesimpulan yang sesuai dengan prasangkanya.
Segala yang lainnya tak masuk akal.
Selama seseorang bersikukuh
mencocokkan kejadian dengan kepribadiannya yang
salah bentuk, fakta akan selalu dibengkokkan. Ia tak akan bebas dari
kesimpulan yang berpusat-pada-diri sebelum ia mau melepaskan diri dari
ketamakan.
Jutaan orang telah mengalami test
psikologi sewaktu mereka dipanggil untuk wajib militer. Atas dasar tes ini,
para penguji menaksir untuk seluruh negeri (Amerika Serikat), bahwa angka
kecerdasan begitu rendah, sehingga orang-orang dimana-mana bangkit memprotes.
Semua kita ini bukan orang dungu, kata mereka. Mungkin tidak semua, tetapi
dalam hal tertentu sehubungan dengan gagasan yang kita perbincangkan, kita
hampir mendekati orang dungu.
Terutama menghadapi suatu
kejahatan, yakni ketamakan. Berabad-abad manusia telah diberitahu bahwa ia
tidak patut berlaku serakah. Ketamakan telah dilukis sebagai dosa yang
memautkan. Akibatnya justru ketamakan main memerintah dunia. Kalau sedikit
hikmat terdapat dalam usaha mengatasinya, kerakusan akan bisa dibuang ke tempat
barang-barang kuno.
Kegelisahan merupakan musuh kita
yang paling besar, dan kegelisahan berlindung dibalik ketamakan. Ajukanlah
pertanyaan ini pada diri anda; andaikan kerjasama dan saling menolong mengatur
tingkah laku manusia selama lima ribu tahun terakhir apakah kehidupan anda akan
sesulit sekarang? Pikirkanlah hal-hal yang berguna bagi manusia yang telah
dirusakkan oleh ketamakan; lewat peperangan, komersialisme yang loba,
perampasan dan kelalaian. Ingatlah kota-kota hasil karya seni, kesusasteraaan,
tempat-tempat yang berguna bagi umum yang telah dihancurkan. Ingatlah hutan,
tambang, padang rumput yang dibinasakan; kesehatan pikiran dan tubuh dalam
kehidupan uamat manusia yang membanting tulang selalu diabaikan.
Korupsi, suap, kejahatan dan
perang mengancam justru kehidupan manusia di bumi. Mengapa sampai manusia
membunuh diri? Bagaimana bisa umat manusia sampai membinasakan diri dan
membuang hak-hak kelahirannya? Karena kepicikan yang sama yang berpengaruh
dalam kehidupan anda dan kehidupan saya sewaktu kita bertindak dalam batas
waktu satu hari, setahun, atau dalam masa berlangsungnya suatu pengalaman yang
terbatas. Sekali lagi ukuran baik dan buruk memerlukan pengujian berpuluh-puluh
tahun. Kita mencapai tujuan kecil dengan berlaku tamak, lalu kehilangan kasih
dan kepercayaan dari orang-orang yang mestinya bisa memberi kekayaan dan
kebahagiaan bagi kita. Kita memang dalam peperangan kecil dan kalah dalam
seluruh kampanye. Bahkan para jutawan kalah, karena lumpuhnya kehidupan dalam
jiwa mereka.
Andaikata anda tinggal di suatu
pulau di laut selatan yang tak dihuni manusia, kebanyakan persoalan akan
sederhana saja, langsung berhubungan dengan makanan, pakaian dan tempat
berteduh. Dalam peradaban semu, anda masih berhubungan dengan urusan makan,
pakaian dan tempat berteduh, tapi hubungan itu tidak langsung.
Sekelompok pendukung militerisme,
demi tujuan-tujuan komersil, menimbulkan peperangan di Eropa. Kehidupan
dikacaubalaukan. Pajak dinaikkan, harga makanan membubung, seribu satu macam
urusan dipersulit. Di lingkungan anda sekelompok polisi memasang saluran selokan
yang mahal, atau pohon-pohon ditebangi di dekat rumah anda. Manusia, manusia,
manusia di mana-mana menimbulkan gangguan. Tidak sampai sepersepuluh dari
kegelisahan anda diciptakan oleh alam atau “perbuatan Allah”.
Untuk sementara mungkin anda
cukup kuat untuk “bersabar” terhadap mereka yang menciptakan perang dan
merampas hak orang lain. Mungkin anda cukup “licin” dengan cara bermain anda.
Tapi akhirnya kehidupan, manusia dan ganjaran akan menyingkapkan diri anda.
Bila anda tersingkap sebagai orang tamak,
maka keinginan-keinginan anda akan dirintangi.
Demikian pula dengan setiap
bentuk keangkuhan. Anda mengalah kepada kemarahan, bertengkar dengan galaknya,
maka cinta kasih hilang. Perjanjian yang berharga jadi rusak. Dalam lingkungan
lain, perasaan anda terganggu. Anda mendongkol, diliputi oleh pikiran yang
tidak sehat. Saraf anda jadi tegang, kecerdasan anda jadi tumpul. Dengan satu
cara atau lain cara, kekuatan akan makin berkurang bila keangkuhan bertambah.
Memang fakta yang aneh bahwa
ketamakan merupakan akibat kebangggaan-diri yang berlebihan. Atau dengan kata
lain, kegagalan akibat keangkuhan , itulah yang menyebabkan kita jadi tamak,
bukan usaha mencintai-diri yang tidak
begitu biadab.
Ringkasnya, ketamakan itu
melanggar hukum keutuhan-diri. Ia yang percaya akan prinsip yang tidak
memperbolehkan dikompromikannya kepribadian tidak akan memeras orang lain. Ia
mengakui KESUCIAN HIDUP sebagai hak setiap orang termasuk dirinya. Juga ia tak
akan mengabaikan rumus ajaib dengan memaksakan kepada orang lain tujuan
pribadinya. Pemuasan kebanggaaan dirilah yang menjadi tujuan ketamakan yang
tidak memperdulikan apapun dan siapapun.
Memang aneh bahwa walaupun
dorongan ketamakan ini bodoh, toh ia telah menguasai dunia begitu lama. Lebih
aneh lagi keutuhan diri yang begitu penting kurang diperhatikan, ketamakan
sering merajalela. Jika anda berbicara memuji sikap mencintai-diri yang
mengembalikan kepada manusia, sedikit hak kelahiran mereka, anda akan
mengundang kutukan dari banyak orang baik. Tetai seranglah ketamakan yang telah
berurat dan berakar maka anda akan disebut orang radikal yang berbahaya.
Tampaknya kebanyakan orang percaya bahwa ketamakan harus dibiarkan bertahan.
Kekuasaan yang selalu merampas orang lain kelihatannya terlalu kuat dilindungi
sehingga sulit diserang. Tetapi itu tidak akan lama.